free web site traffic and promotion

Selasa, 03 Mei 2011

Ratapan Pilu Anak Putus Sekolah di Hardiknas

Ratapan Pilu Anak Putus Sekolah di Hardiknas

Tak Disekolahkan Orang Tua, Pilih Hidup Gelandangan di Bibir Pantai

Program pemerintah menuntaskan wajib belajar (wajar) sembilan tahun masih jauh dari harapan. Tidak sedikit anak yang tidak melanjutkan pendidikan dengan berbagai alasan. Jangankan mengenyam bangku SMP, pendidikan SD saja tidak tuntas.

Sarfiayanti

Dekil, tak terurus. Mungkin ini menjadi ciri umum yang akan kita temui saat berjumpa dengan anak-anak gelandangan. Putus sekolah ditengah jalan, menjadi alasan mereka untuk berupaya mandiri menghidupi dirinya. Seperti yang dialami, Eman Esran dan Basran.


Tiga bocah itu, adalah salah satu gambaran dari jutaan anak yang harus putus sekolah di bangku SD. Hidup yang berpindah dari satu daerah ke daerah lain, membuat Eman terpaksa tidak merasakan nikmatnya pendidikan di sekolah, layaknya anak seusianya.

Hidup di tengah kota yang cukup keras, memaksa Eman yang baru berusia 13 tahun itu untuk bekerja keras. Tanpa keahlian dan kemampuan, bocah yang sehari-hari mangkal di salah satu taman wisata di kota ini, hanya mampu mengandalkan suaranya untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain.

Mengamen adalah pilihannya. Profesi itu terpaksa digelutinya sejak ia berpisah dengan ibunya. Tinggal bersama rekannya, anak yang berasal dari Kabuaten Muna itu mengaku cukup bahagia. Meskipun ia sebenarnya iri melihat anak sebayanya sehari-hari menggunakan seragam sekolah.

Tapi, nasib sepertinya sudah menggariskannya."Saya dulu pernah sekolah, tapi saat kelas II SD ibu saya membawa saya ke NTT. Dari situ, sekolah saya putus. Ibu saya sempat menjanjikan akan menyekolahkan saya lagi, tapi sampai sekarang itu tidak terbukti. Malahan sekarang saya berpisah dengan ibu," ungkap Eman mengisahkan alasannya putus sekolah. Eman tidak mengetahui apa alasan ibunya tak menyekolakannya. Tapi, ia berpikir kemungkinan karena biaya sehingga cita-citanya mengenyam pendidikan tak terwujud.

Eman yang sebenarnya memiliki cita-cita menjadi seorang polisi itu, tak pernah menyangka jika akan nasibnya. Pupus sudah harapannya untuk mengenyam pendidikan yang layak. Dari penghasilannya menjual suara, ia kadang hanya memperoleh Rp 10 ribu sehari, itupun jika ada yang berbelas kasih menghargai suaranya.

Alasan Eman bertolak belakang dengan ungkapan Esran. Ia mengaku putus sekolah karena terpengaruh dengan pergaulan bebas teman-temannya. Sejak kelas IV SD ia memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya. Padahal, meskipun hanya berprofesi sebagai tukang ojek, ayahnya masih mampu membiayai sekolahnya. Pengaruh pergaulan, membawanya menjadi gelandangan dan hidup di tengah kota yang utuh kemandirian. Iapun terpaksa ikut-ikutan mengamen di bibir pantai Kendari.

"Saya bercita-cita ingin menjadi TNI. Tapi kayaknya itu tidak mungkin lagi karena saya sudah tidak sekolah. Mudah-mudahan saudara-saudara saya tetap melanjutkan sekolah, meskipun orang tua saya memang berekonomi pas-pasan," kata Esran.

Alasan yang dikemukakan Esran hampir sama dengan ungkapan Basran. Anak yang menginjak usia remaja itu, sudah putus sekolah sejak kelas IV SD. Alasannya sama, karena pengaruh temannya.

Saat ini, ia terpaksa berjualan bakso untuk bisa membiayai hidupnya. Meskipun itu bukan keahliannnya, namun ia berupaya untuk bisa membiayai hidupnya. "Sejak pergi dari rumah, saya putus sekolah, dan terpaksa membantu orang berjualan bakso agar bisa makan," katanya.

Bersekolah lagi, kata remaja berusia 15 tahun itu rasanya tidak mungkin. Apalagi, sudah cukup lama ia berhenti sekolah. Rasa malu kepada teman-temannya membuat dia miris untuk kembali berada di lingkungan sekolah.

Jika ada tawaran untuk sekolah lagi kata Basran, ia masih ingin mengenyam pendidikan. Apalagi, ketika melihat anak seusianya yang sehari-hari berseragam membawa buku dan alat sekolah, membangkitkan harapanya untuk bisa menikmati pendidikan. Tapi sayang, hingga sekarang tak ada yang menawarkannya kembali bersekolah. (***)
sumber:kendarinews.com

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Website Submitters

Automated Directory Submitter
Submits your website to 23 of the top web directories.
Automated Search Engine Submitter
Submits your website to 19 of the top search engines.

Link-Based Tools

Link Popularity Checker
Check the number of links pointing to the website of your choice.
Link Suggestion Generator
Generate links that relate to the keyword/topic of your choosing.
No-Follow Finder
Scan a website to find no-follow links to various other sites.
Reciprocal Link Checker
Check multiple sites to see if they are really linking back to you.
Link Analyzer
Analyze incoming and outgoing links.
Backlink Checker
View the number of backlinks a site has listed.
Valid Link Checker
Use this tool to check for broken links on a website.